Minggu, 02 Februari 2014

Asmaradana Terlarang

Just shoot for the stars
If it feels right
And in for may heart
If you feel like
Can take me away, and make it okay
I swear I’ll behave


Moves Like Jagger-nya Maroon 5 terdengar begitu ceria mengalun dari pemutar mp3 di Blackberry. Dua cowok yang lagi asyik nongkrong di sebuah kafe sore itu nampak sesekali ikut bernyanyi sambil menikmati dua porsi roti bakar dan es teh. Tak peduli suara mereka nggak enak buat didengar. Fals. Dan memang keduanya ngggak bakalan dapat vote seandainya ikutan kontes idol-idolan atau kontes nyanyi-nyanyian yang lagi ngetrend di tivi.


“Eh, Rud. Gimana kerjaan lo? Lancar?”

“Ya gitu deh Yo...”

“Ya gitu gimana? Yang jelas dong.”

“Dibilang lancar ya lancar. Lagi pula baru dua bulan kerja ini, masih belajar dan beradaptasi ama lingkungan kerja. Kamu sendiri gimana Yo? Uda dapet kerja?”

“Kemarin barusan dapet telpon, katanya aku ditrima.”

“Wah, syukur dong Yo. Kapan mulai kerja?”

“Minggu depan Rud. Tapi aku nggak terlalu yakin mau ambil atau nggak.”

“Udaaaah, ambil aja deh Yo. Buat cari pengalaman dulu aja. Toh kalo emang lo nggak cocok, bisa cari yang laen.”

“Bukan gitu Rud. Ini kerjaan lokasinya jauh. Di luar kota.”

“Ooo... Kamu takut berpisah ama gue ya?”

“Gila lo!! Nggak ada penting-pentingnya kangen ama makhluk seperti lo!!”

“Hahaha... Jangan pura-pura ah.”

“Prettt”

“Trus. Kenapa lo bingung?”

“Ya itu dia masalahnya. Masa gue harus ninggalin nyokap sendirian disini? Nggak tega deh gue Rud”


Sejenak keduanya terdiam. Satriyo menghela nafas dalam-dalam. Sementara Rudi menyeruput sisa es teh di gelasnya.


“Ya udah, lo pikir masak-masak dulu deh Yo. Masih seminggu ini, cukup waktu buat ambil keputusan.”

“Ok Rud, gue omongin dulu ama nyokap.”

“Siip Yo. Eh, cabut yuk”


Akhirnya Rudi dan Satriyo pun meninggalkan kafe itu dengan motor masing-masing. Setelah melewati perempatan, keduanya berpisah. Satriyo mengendarai motornya menyusuri jalanan Tangerang yang ruwet dan tak mungkin bisa ngebut.


Dipasangnya headset di sebelah telinga. Sebuah lagu dari One Direction pun diputarnya.


Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at ground it ain’t hard to tell
You don’t know, oh oh
You don’t know you’re beautiful


Tak berapa lama, sampailah Satriyo di rumah.

“Met sore, Ma.”

“Sore Yo. Tumben masih jam segini kok sudah pulang.”

“ Masa tiap hari pulang malam sih Ma.”

“Sudah makan?”

“Sudah. Tadi sama Rudi di luar.”

“Oh, ya sudah. Mandi dulu sana.”


Satriyo pun bergegas ke kamar mandi. Masih saja dinyanyikannya “What Makes You Beautiful” di dalam kamar mandi. Suara fals-nya berpadu dengan bunyi guyuran air. Tak sampai lima menit, Satriyo pun keluar.

If only you saw what i can see
You’ll understand why i want you so desperately
Right now i’m looking at you and i can’t believe
You don’t know, oh oh
You don’t know you’re beautiful, oh oh
That’s what makes you beautiful


“Sudah, sudah. Dari tadi nyanyi-nyanyi terus lagu londo.”

“Haha, nggak papa lah Ma. Namanya juga anak muda, harus hapal dong ama lagu-lagu yang lagi ngetrend.”

“Apa nggak ada lagu Indonesia yang bisa kamu nyanyiin? Biar Mama bisa ngerti gitu lho Yo.”

“Tentu saja bisa dong Ma. Mau lagu Jawa juga bisa.”

“Masa sih Yo?”

“Iya dong, Ma. Biar gini-gini aku juga bisa nembang. Kan aku juga orang jawa, Ma. Meski lahirnya di kota metrpolitan dan jauh dari tanah leluhur. Coba dengerin ya Ma”


Satriyo pun mulai mengambil ancang-ancang. Ia pun mulai menyanyikan sebuah tembang jawa yang pernah diunduhnya dari internet. Tembang asmaradana yang ia sendiri tidak tahu apa artinya.


Gegaraning wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitane
Luput pisan kena pisan
Lamun gampang luwih gampang
Lamun angel, angel kalangkung
Tan kena tinumbas arta


Satriyo selesai menyanyikan tembang itu. Suasana mendadak hening. Dan dilihatnya muka ibunya berubah pucat.

“Lho Ma, katanya mau dengerin aku nembang.

“Mmm ...”

“Aku nyanyiin sekali lagi ya buat Mama.”

Satriyo pun mencoba mengulang lagi tembang tersebut dari bait pertama.

“Sudah, cukup Yo.”

“Kenapa Ma? Ada apa?”

“Mama nggak mau dengar kamu menyanyikan tembang itu.”

“Tapi kenapa, Ma?”

“Sudahlah. Kamu boleh menyanyikan lagu apa saja. Tapi jangan tembang asmaradana itu!”

“Oh, mmm... Baik Ma.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar