Jumat, 07 Maret 2014

Take 31



My name is Sam Leinad, biasa dipanggil Sam. I’m Indonesian dan tak banyak yang mengenal siapa aku. Orang mungkin lebih mengenal Joe Taslim, as one of Indonesian actor yang sukses main di film Hollywood. Ya, The Raid film yang kumaksud. Padahal jauh belasan tahun sebelumnya, mungkin namaku bisa lebih dulu berkibar di dunia perfilman.

***

I was on vacation. Aku sedang asyik melihat-lihat studio film di Hollywood, but suddenly, seorang pria mendekatiku.

“Hello. Kami sedang membuat film namun salah satu aktor kami belum datang. Would you please help us?”

“Mmm ... do you mean, i replace the aktor?”

“Of course!”

Kami masuk ke ruangan yang lumayan besar. I saw there’re film crews yang sibuk dengan pekerjaannya. Then seorang pria mendekatiku and shake my hand.

“I’m Cameron. Read this script. Your name’s Jack in this film”

Aku terima sebuah kertas dialog dan membacanya.

Sssshh. Give me your hands.
Now close your eyes.
Go on.
Step up.
Now hold on to the railing.
Keep your eyes closed. Don't peek.
Step up onto the rail.
Hold on... Hold on.
Keep your eyes closed.
Do you trust me?
All right...
Open your eyes.



***

Take 1.

The camera shot on me. Aku berdiri di ujung anjungan kapal.

“Hello, Jack.” Suara wanita memanggilku.

Aku membalikkan badan. I saw the actress, Nona Winslet, di hadapanku. Hmm, cantik sekali. Dadaku berdegup kencang melihat this pretty one.

“I changed my mind. They said you might be up..., “ lanjut Nona Winslet.

“Sssshh. Give me your hands.” Aku buru-buru mendekatinya dan menaruh telunjukku pada mulutnya. Nona Winslet kaget.

“Cut cut!!,” teriak sutradara.

“You are crazy !!” umpat Nona Winslet sambil melotot kepadaku. Aku tak sanggup memandang mata indahnya. My heart beated so hard karena kecantikannya. “Put your finger on your lips! Not on me!”

Take pertama gagal. I lost my concentration. Take 2, Take 3, ... tetap saja gagal. Sudah hampir dua jam berlalu, and no good result.

“What’s going on?” teriak sutradara kepadaku

“I’m sorry” kataku


***


Take 12

Aku mencoba berhati-hati. Diulang kembali adegan tadi, dan sepertinya aku bisa melakukan adegan yang gagal tadi.

“Now close your eyes.” Aku menggandeng tangan Nona Winslet menuju pagar anjungan kapal. “Go on!”


Aku dan Nona Winslet sudah berada di pagar. Aku masih berdebar-debar.


“Step up!” kataku.


Nona Winslet lalu mulai memanjat. Namun baru saja ia naik di besi pagar yang paling bawah, tiba-tiba saja ia kehilangan keseimbangan dan ...


“Bum!!!”

Nona Winslet jatuh dan meringis kesakitan.


“Cut !!!” aku mendengar lagi teriakan itu.


“Oh my God,” kata Nona Winslet sambil menahan rasa sakit. “Sepertinya aku menginjak rokku sendiri.”


Aku hanya bisa memandangi makhluk manis di depanku, tanpa bisa berkata apa-apa. Pengambilan gambar ditunda beberapa menit. Aku duduk di sebuah kursi, and the pretty one duduk di kursi sebelahku. Aku salah tingkah dan tak berani berbicara sepatah kata pun. Jantungku seperti mau lepas.


***


Take 31


Aku mulai bosan harus mengulang dan mengulang adegan. But i must finish it. Pengambilan gambar kali ini sepertinya mulai lancar. Sampai dengan adegan dimana aku membimbingnya ke pagar, semua berjalan mulus.


“Keep your eyes closed. Don't peek.” I said



“I’m not,” the pretty one answered.


“Step up onto the rail. Hold on... Hold on... Keep your eyes closed. “ kataku.


Sejauh ini kami berhasil melakukannya.


“Do you trust me?” i asked her.

“I trust you.”


I pressed her gently to the rail, standing right behind her. Kemudian aku memegang kedua tangannya dan membukanya lebar-lebar, seperti sepasang sayap merpati.


“All right... Open your eyes.” I said to her.


“I’m flying. Jack!!!” teriak the pretty one.

Lalu aku memindahkan peganganku dari kedua tangannya. I moved my hands to her waist. And then ..

Entah kenapa tiba-tiba Nona Winslet menghentak-hentakkan badannya. Bahkan kemudian tertawa terbahak-bahak. “Ahaha... You tickled me. Hahaha ...”

“Cut cut!!!”

Lagi-lagi, gagallah pengambilan gambar.

Dan bersamaan dengan itu, datanglah seorang pria berlari tergopoh-gopoh memasuki ruangan syuting. Pria yang sepertinya pernah aku lihat ...

“Sorry, I’m late.” Kata pria itu

“For three hours and more we waited for you, Leonardo!” teriak Cameron. “Okey, pengambilan gambar cukup sampai Take 31 saja. We will start the Take 32 with the real actor.”

Lalu Cameron mendekatiku.

“Thank you,” katanya sambil menjabat tanganku.

Aku tersenyum kecut. Lalu aku pun berjalan meninggalkan ruangan itu.


***


Aku sudah melupakan kejadian di Hollywood di tahun 90-an itu. Tapi aku tak pernah benar-benar bisa melupakan wajah the pretty one itu.

My name is Sam Leinad, biasa dipanggil Sam. I’m Indonesian dan tak banyak yang mengenal siapa aku. Orang mungkin lebih mengenal Joe Taslim, as one of Indonesian actor yang sukses main di film Hollywood. Ya, The Raid film yang kumaksud. Padahal jauh belasan tahun sebelumnya, mungkin namaku bisa lebih dulu berkibar.