“Wah, tumben sore ini Mbak Ndari
dandannya rapi banget. Mau kemana tho, Mbak?” tanya Sutari kepada kakaknya.
“Lha kamu apa ndak tahu kalo nanti ada
kethoprak di belakang kantor desa?” jawab Sundari.
“O iya. Nanti ya mainnya?”
“Iya. Mau ikut nonton apa ndak? Ayo
barengan!”
“Wah ndak usah lah, Mbak.”
“Lho, kenapa? Apa kamu ndak suka sama
kethoprak? Ini kan budaya kita sendiri.”
“Bukannya aku ndak suka, Mbak. Tapi
aku malas desak-desakan nontonnya.”
“Ya makanya berangkatnya agak duluan. Biar nanti dapat tempat di
depan. Ayo ikut!”
“Ah, ndak mau. Eh, kok kayaknya Mbak
Ndari semangat banget. Jangan-jangan cuma mau lihat pemain kethoprak yang
ganteng. Siapa itu ... Mas Baskoro, kan?
“Huss ... ngawur saja kamu.”
Sundari sedikit tersipu malu diledek adiknya.
“Tapi benar kan? Lha wong
tahun-tahun lalu ndak begitu semangat
kaya sekarang.”
“Ah, sudah-sudah. Kalau kamu ndak mau
nonton, ya biar aku berangkat sendiri saja.”
Sundari pun berjalan meninggalkan rumah menuju kantor desa.
Sepanjang jalan terlihat banyak orang yang juga menuju ke kantor desa.
“Mau nonton kethoprak juga ya, Ndari?”
“Eh, Mas Krisno. Iya.”
“Wah, kebetulan. Aku juga mau nonton. Malah dapat kursi yang
depan. Kalau kamu mau, nanti duduknya di sebelah aku. Biar bisa jelas dan puas
nontonnya.”
“Ndak usah repot, Mas Kris. Lha nanti
saya yang ndak enak kalau duduknya di depan. Orang di situ pasti tempatnya
tamu-tamu kehormatan. Ndak bebas nontonnya, ndak ada yang bisa diajak ngobrol
ngalor-ngidul”
“Ya ndak usah malu, kan aku ada aku
yang bisa diajak ngobrol. Iya tho?”
“Ndak usah mas. Matur nuwun.”
“Kamu ini kalau aku bantu kok selalu
nolak. Heran. Kenapa, Ndari?”
“Ndak apa-apa kok. Permisi, Mas,” kata
Sundari seraya meninggalkan Krisno.
Tak lama pertunjukan kethoprak dimulai. Ceritanya tentang babad
Pati, atau sejarah berdirinya Kabupaten Pati.
Dikisahkan
tentang kadipaten bernama Paranggaruda yang punya hajat mengawinkan putra
tunggal bernama Menak Jasari dengan putri Adipati Carangsoka bernama Dewi
Ruyung Wulan. Namun karena Ruyung Wulan tidak mencintai Jasari yang berwajah
jelek, Ruyung Wulan pun mencari cara agar bisa mengulur-ulur pernikahan
tersebut. Ruyung Wulan minta agar pestanya menampilkan pertunjukan wayang kulit
dengan dalang yang terkenal saat itu, yaitu Dalang Soponyono.
Dari dekat panggung Sundari begitu menikmati pertunjukan. Apalagi
ketika pemeran Dalang Soponyono berbicara dan memainkan wayang serta
menyanyikan tembang-tembang, Sundari terpukau dengannya. Laki-laki yang
berparas tenang dengan senyum manisnya itu. Laki-laki dengan sepasang mata
lebar dan juga hidung bangir, serta kulitnya yang berwarna sawo matang.
Karena
akal-akalan Ruyung Wulan maka pertunjukan wayang itu pun kacau di tengah jalan.
Ia lari dari pelaminan dan menjatuhkan diri di pangkuan sang dalang. Terkejut
oleh tindakan Ruyung Wulan, maka Ki Dalang Soponyono memadamkan semua lampu
yang ada dengan kesaktiannya. Ki Soponyono pun melarikan diri bersama Ruyung
Wulan dan kedua adik perempuannya yang bernama Ambarsari dan Ambarwati. Adipati
Paranggarudo yang merasa terhina pun memerintahkan pasukan untuk mengejar.
Tak jauh dari tempat Sundari menonton kethoprak, sepasang mata
seorang pria yang duduk di kursi depan ikut mengawasi Sundari. Krisno tidak
begitu tenang duduk di kursi kehormatan. Perhatiannya terpecah antara mengikuti
jalan cerita kethoprak dan mengawasi Sundari.
Dalam
pelarian Ki Dalang Soponyono bersama Ruyung Wulan dan kedua adiknya, bertemulah
mereka dengan Raden Kembangjoyo, adik dari Panewu Sukmoyono di wilayah Panewon Majasemi.
Setelah menceritakan peristiwa yang dialami, Panewu Sukmoyono bersedia
melindungi keempat pelarian tersebut.
Singkat
cerita, keberadaan Dalang Soponyono diketahui oleh pasukan Paranggaruda.
Terjadilah pertempuran hebat antara
pihak Panewu Sukmoyono dengan pasukan Paranggaruda, hingga tewaslah Panewu
Sukmoyono. Kematian Panewu Sukmoyono ini membuat Raden Kembangjoyo marah.
Kembangjoyo dibantu pasukan Carangsoka berhasil menghancurkan pasukan
Paranggaruda. Pertempuran di Majasemi ini memakan banyak korban.
Setelah
kemenangan ini, akhirnya Dewi Ruyung Wulanmenjadi istri Raden Kembangjoyo.
Raden Kembangjoyo akhirnya diangkat menjadi adipati setelah menggabungkan tiga
kadipaten yang sebelumnya terlibat pertempuran, yakni Paranggaruda, Carangsoka
dan Majasemi menjadi satu kadipaten Pati. Peleburan ini berhasil menciptakan
kerukunan wilayah tersebut. Selanjutnya Kembangjoyo mengajak Soponyono mencari
lokasi pemerintahan yang baru dengan membabat hutan Kemiri. Dan akhirnya Kemiri
menjadi pusat pemerintahan Kadipaten Pati tersebut.
Pertunjukan kethoprak pun berakhir. Penonton yang tidak hanya
berasal dari Desa Kemiri begitu antusias melihatnya. Mereka pun meninggalkan
panggung dengan puas.
Dari kursi di depan pangung, Krisno mencoba melihat kembali ke
tempat Sundari berada. Namun wanita yang dicarinya tersebut sudah tidak berada
di tempatnya semula. Krisno melayangkan pandangannya ke sekeliling tempat itu,
namun tetap saja tidak berhasil menjumpai sosok Sundari.
Perlahan Krisno meninggalkan kursinya. Ia berjalan sambil terus
memerhatikan sekelilingnya, mencoba menemukan Sundari di antara ratusan orang
malam itu. Dan ketika sampai di belakang panggung, Krisno pun berhasil melihat
Sundari tak jauh dari tempat Krisno berada.
Dan mendadak hati Krisno menjadi panas. Dilihatnya wanita yang
ditaksirnya itu sedang asyik berbincang-bincang begitu akrab di belakang
panggung dengan pria yang tak asing lagi, yaitu pemeran Ki Dalang Soponyono
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar