Pada dawai-dawai yang mendenting
dari bilik sembilan meter persegi di sebuah malam
sebuah intro lembut, antara largo dan adagio
dan humming lirih sang penyanyi
yang berlegato tentang impian
yang dibawanya dulu sebelum ke kota
tentang sebuah masa depan
tentang cinta dan harapan
Sebuah verse pun dibuka
dalam E mayor datar bersahaja
dikisahkannya segala daya
untuk menjadikan hidup bermakna
sebagai pekerja kontrak berupah tak seberapa
Ketika chorus dinyanyikannya
berubah crescendo yang menghentak
dijeritkannya pilu yang lama terpendam
dikeluhkannya hidup yang pas-pasan
dipertanyakannya impian yang tak juga datang
Ketika interlude dimainkannya
dalam dawai tercabik penuh distorsi
dalam stakato sarat emosi
diluapkannya marah tak tertahan
Ketika overtone diteriakkannya
dalam falseto yang mengiris hati
Dimakinya nasib juga takdir
Diserapahinya hidup yang tak adil
Dawai-dawai berhenti mendenting
sang penyanyi mendadak hening
tanpa coda, tanpa ending
tak sempat diselesaikan lagunya
dibiarkannya semua penuh tanya
dalam sebuah putus asa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar