Senin, 16 Desember 2013

Lalat

Musim panas semakin menyengat. Mungkin banyak makhluk yang tidak nyaman dengan keadaan ini. Rumput dan tanaman tak lagi berwarna hijau segar. Debu-debu beterbangan membuat semakin kotor jalanan kota. Namun bagi kami, musim panas yang kotor justru menjadi suatu kegembiraan. Ini adalah tempat bermain yang paling menyenangkan, apalagi bagi lalat seumuran aku yang memang lagi senang-senangnya bermain.

Tempat sampah adalah taman bermain yang mengasyikkan bagi aku dan teman-temanku. Sambil beterbangan atau bermain kejar-kejaran, aku bisa sesekali hinggap di plastik, kertas atau wadah bekas makanan yang ada di tempat sampah ini. Sisa-sisa makanan yang membusuk justru menjadi favorit bagiku, tentu juga bagi kaumku.

Hari ini aku dan teman-temanku berencana bermain, sambil cari makanan, di tempat yang agak jauh. Ya, meski menurutku di tempat sampah ini makanan cukup meruah namun suasana cukup membosankan. Wajar, tiap hari hanya tempat ini yang kami ubek-ubek. Ke mana kami akan bermain, aku belum tahu. Ikut kemauan teman-teman saja. Ah, jadi penasaran …

***

Juli 2014. Musim panas tahun ini akan bertambah panas di kota Utopia. Beberapa bulan ke depan akan diadakan pemilihan walikota dan walikota. Dua pasangan kandidat sedang gencar-gencarnya berkampanye. Keduanya memiliki kekuatan yang cukup seimbang, beberapa survei atau polling dari lembaga independen menunjukkan hasil yang cukup ketat dengan selisih keunggulan yang hanya 3 - 5 persen saja. Tidak ada yang berani memastikan pasangan mana yang bakal menjadi mayor di kota Utopia.

Harry Turner, salah satu calon walikota memiliki track record sebagai pebisnis IT dan media yang sangat sukses. Berbagai media nasional ternama miliknya menguasai dunia pertelevisian dan media online selama 10 tahun terakhir. Pasangannya, Warren Reinn adalah mantan militer yang sangat berpengaruh bagi pemerintah sebelumnya semasa ia masih aktif.

Sementara calon walikota dan wakil walikota lainnya, Jack Wood dan Dahl Asken adalah pasangan politisi yang dikenal dekat dengan masyarakat. Keduanya pernah menjabat walikota dari daerah lain sebelum bertandem saat ini. Meski berasal dari partai yang berbeda, keduanya memiliki kesamaan karakter yang mengutamakan etos kerja positif yang sudah terbukti mampu mengatasi permasalahan di periode masa bakti sebelumnya.

***

“Jadi mau kemana hari ini?” Tanyaku kepada empat temanku.

“Belum tahu. Lihat aja nanti, pokoknya cari suasana baru. Emang ngga bosen disini mulu?“

Kami berlima terbang meninggalkan tempat sampah yang sudah sekian lama menjadi markas. Dari markas ini kami menyusuri jalan kota yang mulai ramai dengan kendaraan.

“Eh lihat bangunan yang tinggi itu. Kita taruhan, siapa yang bisa masuk ke dalam dan mencapai tingkat paling atas,” kata seorang temanku

“Yang lain gimana?” tanyaku.

Sejenak hening.

“Ayo! Siapa takut??!!“

Kami meluncur. Beradu cepat menuju lantai pertama. Aku berhasil berada di urutan terdepan.

BRAKKK!!!

Sial! Aku menabrak kaca, kurang berhati-hati. Keempat temanku tertawa mengejekku, mereka berhasil menyusul dan mendahului masuk melalui pintu.

***

“Pak Turner, posisi kita saat ini cukup ketat bersaing dengan Wood-Asken. Sepertinya masih belum ada celah yang bisa kita manfaatkan untuk menjatuhkan mereka.“

“Masih ada waktu beberapa bulan lagi, Reinn. Saya masih punya rencana pamungkas untuk memenangkan pemilihan nanti.“

“Hmmm … Seperti apa itu?”

Harry Turner tersenyum. Dilihatnya ada sedikit kecemasan yang tergambar di wajah Warren Reinn.

“Jangan khawatir, Reinn. Tak ada orang yang sempurna. Jika tidak bisa mencari kelemahan mereka, cobalah dengan orang terdekat. Istri, anak atau siapa saja,” kata Turner. “Dan aku pastikan, aku akan mampu menemukannya. Lihat saja nanti.“

***

Aku ketinggalan jejak teman-temanku. Ku susuri ruang demi ruang yang cukup bersih dan sejuk ini. Dari lantai pertama, aku menuju tangga yang menghubungkan dengan lantai berikutnya. Sepi, tak ku lihat teman-temanku. Aku mulai memperlambat laju terbang.

“Ah, mending berhenti sebentar aja,” gumamku.

Aku pun mendarat di salah satu dinding. Ku perhatikan situasi sekelilingku. Lantai, dinding, atap lorong-lorong pada bangunan ini sangat bersih. Nggak cocok buat aku yang terbiasa dekil.

Tapi, oh…, tunggu dulu…

Aku lihat seekor lalat, sepertinya, tapi bukan salah satu temanku. Ia sedang menempel di dinding sebelah sana. Bentuk tubuhnya agak aneh, sedikit lebih besar dari ukuran kebanyakan dengan warna yang tak lazim. Hmm… Siapa dia?

“Halo… Apa kabar?” Aku mencoba bertanya.

Dia tak menjawab. Ah, mungkin dia yak mendengar.

“Apa kabar?” Aku mengeraskan suaraku.

Dia tetap diam, lalu terbang. Tapi cara terbangnya aneh. Cukup lambat untuk lalat sebesar dia. Aku mencoba terbang mengikutinya. Ia masuk ke suatu ruang, aku membuntuti. Lalu hinggaplah ia pada sebuah meja yang ada di ruang itu. Aku hinggap di dinding, agak jauh darinya.

Aku lihat isi ruangan. Ah, ada sepasang manusia sedang duduk berdua, begitu berdekatan. Saling berbincang, sangat pelan dan nyaris tak terdengar.

Aku lihat keduanya semakin merapat. Lalu mereka berangkulan. Kemudian mendekatkan kepala satu dengan yang lain. Keduanya mirip lalat jantan dan betina yang sedang birahi saat musim kawin.

Tak lama kemudian mereka melonggarkan pakaiannya. Bagian tubuh atas mulai terbuka. Dan …

Aku menahan nafas.

Tiba-tiba mereka berhenti. Satu manusia yang berambut lebih pendek menunjukkan tangan ke arah meja. Ya, ke arah lalat aneh tadi berada.

Aku mulai ketakutan. Aku mencemaskan lalat aneh itu.

Sepintas kemudian, satu manusia yang berambut panjang membawa suatu benda di tangannya. Dan dipukulkannya benda itu ke lalat aneh itu.

Prakk!!

Aku buru-buru terbang meninggalkan tempat itu. Entah bagaimana nasib si lalat aneh.

***

Suasana kota Utopia beberapa hari terakhir memanas. Apalagi setelah media-media setempat gencar memberitakan skandal seks yang dilakukan oleh Jimmy Asken. Sebuah video berdurasi tiga menit mempertontonkan putra sulung dari Dahl Asken itu sedang bermesraan dalam sebuah kamar hotel dengan teman wanitanya.

Skandal ini spontan dimanfaatkan oleh pasangan Turner-Reinn. Melalui media-media yang dimiliki oleh Turner, headline sepanjang minggu itu sengaja ditujukan untuk menjatuhkan Wood-Asken.

Di salah satu gedung, sebuah perayaan kecil terjadi. Harry Turner, Warren Reinn dan beberapa orang ada di tempat itu. Mereka seolah sudah mendapatkan kemenangan, meski proses pemilihan walikota masih beberapa bulan lagi.

“Mari, kita rayakan kemenangan awal ini,” kata Turner sambil mengangkat gelas berisi anggur. Orang-orang di tempat itu pun mengikuti mengangkat gelas mereka. Lalu mereka meminumnya.

“Tak lupa saya perkenalkan seorang supermodel cantik, yang sukses membantu misi ini. Anita!“

Tepuk tangan terdengar. Seorang wanita bertubuh tinggi dan berwajah cantik, berdiri.

“Juga anak muda pintar di tim IT kita, Dani!“

Tepuk tangan kembali terdengar dan seorang pemuda berkaca mata berdiri.

“Saya sebenarnya cukup terkejut dengan ide gila yang kalian lontarkan. Dan saya pikir keberuntungan tengah berpihak kepada kita.“

“Saya salut dengan kepiawaian Anita untuk menaklukkan pria dari keluarga Asken itu. Dalam hal ini, saya mengakui bahwa dia adalah ahlinya. Kita tak meragukan hal itu bukan?“

Gelak tawa terdengar memenuhi ruangan.

“Dan apa yang disebut dengan ahli teknologi spionase, saya tak ragu menganugerahkan gelar itu kepada Dani. Dengan robot-robot ultramini berkamera yang diciptakannya maka skandal itu sukses direkam.” kata Turner sambil memperlihatkan benda yang disebut robot di tangan kirinya.

“Sempat saya khawatir Jimmy Asken mengetahui kehadiran robot itu, sebelum Anita buru-buru menghancurkannya. Beruntung, memori video bisa terselamatkan.“

Turner meletakkan bangkai robot ultramini itu di meja, sebuah robot yang berukuran sedikit lebih besar dari seekor lalat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar