Kamis, 05 Desember 2013

Telor

Aku dan saudara-saudaraku barulah berusia 3 hari. Dalam keadaan remang dan nyaris gelap yang kami alami, satu-satunya makhluk yang paling bisa aku percaya tentu saja adalah ibu. Ya, ibu yang selalu setia memberikan kehangatan bagi kami berdelapan.

"Sebaik-baik telor adalah yang bisa memberikan manfaat bagi manusia."

Demikian nasihat yang ibu katakan kepada kami. Entah bagaimana wujud manusia itu, aku belum tahu. Wujud ibuku saja aku belum melihatnya. Butuh waktu 3 minggu bagi kami untuk bisa menetas menjadi anak-anak ayam. Jadi masih ada 18 hari lagi maka aku akan melihat dunia sekitar, termasuk ibuku.

"Tidak semua kalian akan menetas menjadi anak ayam," demikian kata ibu. "Manusia bisa mengambil kalian sewaktu-waktu untuk dijadikan... "

Ibu tak sempat menyelesaikan perkataannya. Tiba-tiba aku dengar beliau berkotek-kotek dengan hebohnya, entah apa yang sedang terjadi.

"Ah, baru saja manusia mengambil dua butir dari kalian," kata ibu dengan nada bicara yang sepertinya sedikit panik.

Ibu bilang bahwa dua saudaraku itu diambil manusia untuk dijadikan ceplok untuk menu makan. Katanya, menjadi telor ceplok yang terhidang di meja makan manusia merupakan salah satu kehormatan bagi makhluk seperti kami. Hmmm, entahlah aku tak terlalu mengerti akan hal ini.

"Sudahlah, hari mulai gelap. Aku mau tidur dan besok aku lanjutkan kembali ceritanya," demikian kata penutup dari ibu hari ini.

***

Hari ke-5. Kembali dua saudaraku diambil oleh manusia. Namun reaksi ibu tidak sepanik sebelumnya, setidaknya aku tidak mendengar suara ibu yang segaduh kemarin.

Ibu bilang bahwa kedua saudaraku itu diambil oleh penjual jamu untuk dijadikan bahan penguat daya tahan tubuh manusia. Ah lagi-lagi aku tidak mengerti apa yang dikatakannya. Namun aku mulai paham dengan apa yang pernah dinasihatkannya, "Sebaik-baik telor adalah yang bisa memberikan manfaat bagi manusia."

Masih ada beberapa manfaat yang bisa diberikan oleh telor. Sebagai bahan pembuat kue atau makanan lainnya misalnya. Tapi yang paling tidak bisa aku mengerti dari cerita ibu adalah saat telor diambil manusia untuk memindahkan penyakit.

Katanya, telor ditempelkan oleh seorang ahli ke bagian tubuh pasiennya yang menderita sakit. Tak lama, cairan yang ada di dalam telor berubah menjadi darah berwarna merah atau hitam, bahkan bisa juga paku, jarum dan bermacam benda asing lainnya.

***

Sudah lebih dari 2 minggu usiaku kini. Dari delapan bersaudara, kini kami tinggal setengahnya saja. Ibu mengerami dan mempersiapkan kami untuk menjadi anak-anak ayam. Masa-masa penetasan tinggal menunggu hari saja.

Ibu juga sering memeriksa kondisi kami berempat, memastikan bahwa kami berada dalam keadaan sehat. Namun entah mengapa, ibu agak khawatir dengan kondisi kesehatanku. Katanya aku tak sesehat tiga saudaraku.

"Apakah aku akan gagal menjadi anak ayam?" Tanyaku kepada ibu. Aku sungguh khawatir. Jika aku sakit, sakit apakah aku?

Sejenak tak ada suara. Ibu sepertinya enggan menjawab. Atau mungkin ada yang ia coba sembunyikan dariku.

"Tenanglah. Apapun keadaanmu, ibu tetap menyayangimu. Sama seperti ketiga saudaramu itu."

***

Setelah beberapa hari keadaan begitu tenang, hari ini terdengar keributan lagi. Ibu berkotek-kotek dengan marah. Lalu aku rasakan ada sesuatu yang mengangkatku. Sesuatu yang asing, yang aku yakin bukanlah ibu. Apakah ini manusia yang telah mengambil empat saudaraku sebelumnya?

Sekejap aku terpisah dari ketiga saudaraku. Aku juga terpisah dengan ibuku. Sekejap kemudian aku sudah berada di tempat gelap. Sangat gelap. Aku begitu ketakutan. Manusia itu mulai mebawaku pergi, entah kemana.

Tubuhku terus terguncang-guncang di tempat tanpa cahaya ini. Aku merasa cangkangku sedikit retak, dan cairan tubuhku yang beraroma tak sedap merembes keluar. Setelah sekian lama, terdengar di luar sana suara yang begitu kacau. Teriakan, umpatan dan juga nyanyian berbaur jadi satu.

Lalu kurasakan ada yang mengangkat tubuhku. Sejurus kemudian aku dilemparkan ke udara. Dalam ketakutan, aku kembali teringat ibuku yang sering menasihati: "Sebaik-baik telor adalah yang bisa memberikan manfaat bagi manusia."

Aku berpikir akan berakhir di manakah hidupku? Akan menjadi apa diriku kini? Aku teringat ketiga saudaraku yang tak lama lagi akan menetas dan bersukacita menjadi anak ayam. Kemudian dua saudaraku yang berakhir di meja makan menjadi menu makanan. Dan dua lainnya yang berakhir sebagai obat penguat daya tahan tubuh manusia.

Tubuhku melayang di udara di tengah suara dan teriakan. Lalu tubuhku membentur suatu benda dengan keras. Tubuhku hancur dan serta-merta cairan tubuhku menyemburat keluar membasahi permukaan benda itu.

Aku tak tahu, berakhir di manakah diriku.

***

Nopember 2013. Situasi akhir-akhir ini sedang memanas. Berbagai berita di televisi dan media online tak luput dari keadaan ini. Berbagai opini, kritik, dan juga protes mewarnai di berbagai media sosial.

Para petugas kebersihan pagi ini mulai membersihkan sisa-sisa kekacauan kemarin. Berbagai benda berserakan: botol minuman, plastik bungkus makanan, potongan kayu, juga poster kertas yang digunakan pada unjuk rasa kemarin.

Seorang petugas menghampiri pagar tembok berukuran besar. Dengan menutup hidung, ia membersihkan cairan dari telor busuk yang menempel di tembok warna putih itu. Beberapa huruf berukuran besar menempel di tembok setinggi lebih dari dua meter, yang membentuk tulisan:

AUSTRALIAN EMBASSY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar